nakita.gif

Buatlah suasana seaman dan senyaman mungkin.

“Wah, anteng banget ya, kok mau digendong siapa aja,” kata Hesti mengomentari anak tetangganya. Bayi yang berusia 6 bulan itu malah tertawa ketika diayun-ayun Hesti. “Kalau keponakan saya, jangankan digendong, baru lihat orangnya saja sudah ngeri kayak lihat hantu!” sambungnya heran. Ya, kalau mau dibanding-bandingkan, saat bertemu orang asing, ada bayi yang sumringah tapi ada juga yang kelihatan cemas. Bagaimana dengan bayi Anda?

Kalau dilihat dari sisi perkembangan, memang pada bulan-bulan pertama si kecil belum dapat membedakan dan menge-nali orang lain dengan baik sehingga siapa pun yang mendekati, menggendong bahkan mengajaknya bermain tidak menjadi persoalan. Justru permasalahan muncul seiring pertambahan usianya, ketika ia mulai bisa membedakan antara orang yang dikenal dan asing. Di sinilah proses kesadarannya terhadap lingkungan makin meningkat.

Bayi yang terbiasa diajak bersosialisasi dan berkomunikasi secara intensif, mungkin ketika bertemu orang baru akan tenang-tenang saja. Dia malah senang, gembira, tertawa dan bahkan tertarik pada orang baru. Nah sebaliknya, lantaran jarang diajak bertemu dengan banyak orang sehingga pengalaman ber-sosialisasinya tergolong minim wajar saja jika si bayi menarik diri atau takut. Apalagi kalau orang yang ditemuinya memang benar-benar asing. Jangankan hendak digendong, didekati saja dia langsung “menjaga jarak”. Bisa saja secara spontan dia menyembunyikan wajah lalu menangis.

Selain takut dengan orang baru, ada juga bayi yang takut terhadap keramaian. Sama halnya dengan takut orang asing, keta-kutan ini kemungkinan disebabkan ia tidak biasa menghadapi situasi baru atau jarang diajak bersosialisasi mengenal lingkungan yang lebih luas.

Rasa cemas yang dialami si kecil sebenarnya masih dalam kategori wajar-wajar saja, kok. Toh, itu sebenarnya termasuk salah satu aspek perkembangan emosional bayi. Rasa takut, cemas dan “menjaga bahkan menarik diri” sebenarnya dapat ditanggulangi kalau saja orangtua berupaya mengasah kemampuan bersosialisasi si mungil sedini mungkin.

PUPUK RASA PERCAYA

Di usia-usia awal, bayi mengenal lingkungan melalui kepekaan indranya. Bahkan sebuah penelitian menunjukkan, bayi sebenarnya lebih menyukai mendengar suara manusia, dibanding suara-suara yang lain. Terutama orang-orang yang dikenalnya, apalagi suara ibunya yang sudah dia kenal sejak dalam kandungan. Lantaran itu, agar kepekaan indranya makin terasah, dianjurkan orangtua untuk sering-sering mengajak bayi berkomunikasi meskipun dia tak mengerti maksud atau isi pembicaraan. Saat berkomunikasi, tampilkan raut wajah yang menyenangkan, dengan senyum, tawa dan interaksi yang intensif entah itu pelukan, dekapan, ciuman dan sebagainya.

Selain faktor kepekaan indra, rasa percaya sang bayi pada lingkungan sekitar menjadi salah satu kunci agar dirinya tak cemas berhadapan dengan lingkungan atau orang asing. Bekal ini penting dibangun sejak dini agar si kecil tak mengalami kesulitan berinteraksi dan bersosialisasi di usia yang lebih besar.

Hal lain yang tak kalah penting adalah mengajak si kecil untuk bersosialisasi dengan sebayanya. Tak apa-apa kalau pada awalnya si kecil terkesan acuh tak acuh menanggapi orang asing yang menyapa atau mengajaknya bicara. Sebenarnya bawah sadar bayi merekam semua pem-bicaraan orang tersebut. Inti dari kegiatan mengenal lingkungan baru adalah melakukan interaksi dan komunikasi dengan orang lain.

PENGARUH TEMPERAMEN

Agar bayi siap berinteraksi dengan lingkungan barunya, hal lain yang patut diperhatikan orangtua adalah faktor temperamen. Misalnya, bayi yang mudah, umumnya dapat berinteraksi dan beradaptasi lebih cepat. Sebaliknya, bayi yang tergolong pemalu atau lambat beradaptasi tentu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk bisa beradaptasi.

Kalaupun bayi Anda termasuk yang relatif pemalu atau pendiam, tak perlu khawatir. Memang, untuk menghadapi lingkungan baru lazimnya dia enggan langsung berhadapan dengan orang asing secara tiba-tiba. Boleh saja kita melakukan “negosiasi” dengan orang itu, dengan memberi tahu bahwa si kecil tak perlu langsung digendong. Sebaiknya lakukan proses pendekatan secara bertahap. Ajak si kecil menyapa “si orang asing”. Jangan lupa untuk selalu melemparkan senyum, wajah gembira dan perilaku yang lembut. Biarkan orang itu berinteraksi lebih lanjut dengan si kecil dan seterusnya. Yang jelas, beri kesempatan pada si kecil untuk mengamati lingkungan baru dan orang asing yang baru dikenalnya.

Tahapan REAKSI SOSIAL

* 2 Bulan: Senyum Pertama

Ini sebagai respons terhadap senyum yang ditujukan padanya. Begitu juga ketika tertawa, suaranya memekik saking gembiranya. Ia pun akan menunjukkan reaksi tertentu terhadap berbagai suara, misalnya terkejut bahkan menangis. Upayakan untuk selalu mengajaknya berinteraksi dan berkomunikasi.

* 2-3 Bulan: Senang Bersama

Saat bayi diajak bicara, tatapannya secara intensif akan tertuju pada sosok yang mengajaknya berkomunikasi. Si kecil senang diperhatikan orang lain dan menunjukkan rasa gembiranya dengan cara tersenyum, lambaian tangan bahkan hentakan kaki secara spontan. Tunjukkan perhatian Anda lewat belaian, dekapan dan tatapan mata penuh kasih sayang.

* 4-5 Bulan: Minta Gendong

Bila mendengar suara yang menarik perhatiannya, dia segera mencari sumber suara itu. Ia tertawa keras dan menjerit gembira. Ia pun cenderung ingin digendong oleh siapa pun yang mendekatinya.

* 6-7 Bulan: Tersenyum pada bayi lain

Bayi akan tersenyum kepada bayi lain. Dia juga bereaksi begitu bayi lain itu menangis, misalnya.

* 8-9 Bulan: Berteman

Si kecil mencoba mengenal bayi lain yang ditemuinya. Ia mencoba menarik perhatian bayi atau anak lain dengan cara melambungkan badan ke atas atau ke bawah, menendang, tertawa dan sebagainya. Bermain merupakan aktivitas yang menyenangkan baginya. Tampak respons bertepuk tangan atau lambaian tangan sebagai tanda gembira. Libatkan secara bertahap dalam lingkungan yang lebih luas agar kemampuan sosialnya berkembang.

* 10-12 Bulan: Ekspresikan Perasaan

Si kecil melambaikan tangan sebagai reaksi dari ucapan selamat tinggal dari ibu/bapaknya yang berangkat kerja.

Konsultan ahli:

Rahmitha P. Soendjojo, Psi., dari Taman Bermain Inklusi Buah Hati, Bogor

National Early Childhood Specialist Team

Powered by ScribeFire.

nakita.gif

Masing-masing ada plus-minusnya.

Indra Birowo (34), artis Extravaganza yang kocak itu memilih tidur terpisah dengan si kecil Arkananta (1;5). Ini dilakukannya sejak Arka lahir. “Saya pikir lebih baik sejak masih bayi dibiasain tidur sendiri. Ja-ngan menunggu dia sudah besar, lalu disuruh-suruh untuk tidur sendiri,” katanya.

Salah satu alasannya adalah agar Arka tak terlalu lengket. “Itu bukan berarti kita tak sayang atau bayi enggak perlu keberadaan kita. Pada intinya, saya ingin ia belajar mandiri. Toh, meski tidur terpisah kami tetap mengasuh dia dengan baik. Hanya dengan begitu, kami juga bisa mengurus kepentingan sendiri dan orang lain,” papar Indra serius.

Bagaimana dengan Anda? Apa pun pilihan Andamemilih tidur sekamar dengan bayi atau terpisahadalah sah-sah saja. Ini bukan soal salah benar. Yang perlu diketahui, baik tidur sekamar maupun terpisah tentu ada plus-minusnya.

TIDUR SEKAMAR

Bayi memang masih sangat memerlukan kelekatan (attachment) dengan orangtuanya. Nah, dengan tidur satu kamar atau satu ranjang, otomatis orangtua bisa mengeloni bayi. Dengan begitu, bayi merasa nyaman. Dari sini pun diharapkan basic trust (kepercayaan mendasar pada orang-orang terdekat) dapat terjalin dengan baik sehingga perkembangan kepercayaan diri (self esteem) anak juga baik. Self esteem berperan membentuk individu yang lebih baik atau utuh. Tidur sekamar atau seranjang pun membuat Anda bisa cepat memberi respons bila bayi menangis di tengah malam.

Masalahnya, bila perilaku tidur Anda atau pasangan cen-derung lasak (terutama para ayah nih), bisa saja tanpa sengaja lengan atau punggung menindih si kecil. Dengan orangtua model begini, bayi sebaiknya ditidurkan dalam boks. Agar tetap dekat, dekatkan atau sejajarkan boksnya dengan kasur Anda. Meski beda ranjang, si kecil masih bisa terpantau dan kebutuhan rasa nyamannya tetap terpenuhi.

Problem berikutnya, terkadang anak yang tidur sekamar dengan orangtuanya setelah besar akan sulit diminta tidur sendiri. Namun, kalau orangtua pandai menyiasati dengan bijak, anak tetap bisa diarahkan untuk bisa tidur sendiri. Bahkan, tanpa diminta atau “dipaksa” pun sebenarnya seiring pertambahan usia, ia akan memilih tidur di kamarnya sendiri. Yang perlu dipikirkan adalah privasi orangtua bila sekamar dengan anak.

PISAH KAMAR

Lantas, bagaimana dengan bayi yang tidurnya terpisah dari orangtua? Ternyata, bukan tidak mungkin si kecil tetap merasa aman dan nyaman. Toh, sebelum tidur, ayah dan ibu bisa menyempatkan diri berinteraksi dan berkomunikasi dengan bayi; menyusui, menemani sampai si kecil tertidur sambil dininabobokan, dielus-elus, dicium dan dipeluk terlebih dahulu. Dengan begitu, si kecil pun merasa nyaman.

Untuk memantau kondisi bayi di kamar sebelah, manfaatkan radio monitor yang akan memancarkan suaranya, terutama saat menangis. Usahakan kamar bayi dan kamar Anda saling berhubungan sehingga jika bayi terbangun dapat cepat ditangani.

Bila memutuskan tidur terpisah, sebaiknya siapkan segala sesuatu yang memungkinkan Anda tetap awas terhadap kondisi bayi di kamar sebelah. Semakin besar, bayi akan merasa cemas bila berpisah dari orangtuanya. Apalagi kalau dia terbangun di tengah malam tanpa segera didampingi orangtua yang bisa menenangkannya. Nah, Andalah yang menentukan, mau tidur seranjang dengan bayi atau pisah kamar.

Agar AMAN Tidur SEKAMAR

* Gunakan kasur yang kokoh atau tak terlalu lunak sehingga tak menyebabkan si kecil mendelep.

* Jangan menggunakan ranjang air karena kelewat lentur dan bisa menyebabkan bayi “terperangkap”.

* Bila bayi sudah lebih besar, sebaiknya turunkan kasur dari ranjang dan semuanya tidur di bawah untuk menghindari risiko terjatuh.

* Bila tidak sekasur/seranjang, tempatkan boks bayi sejajar dengan ranjang. Lalu, buka pagar boks serta ikat pada ranjang untuk menghindari si kecil tergelincir jatuh.

* Gunakan selimut seperlunya untuk mengurangi risiko menutupi wajah bayi. Pastikan pula bahan selimutnya lembut dan tak panas.

* Sebaiknya kontrol dulu keadaan atau posisi tidur bayi bila Anda meninggalkan tempat tidur, misalnya untuk ke toilet.

PLUS MINUS TIDUR SEKAMAR
  PLUS MINUS
BAYI
Lebih merasa aman dan nyaman karena selalu dikeloni.

Membangun kelekatan (attachment) dan basic trust.

– Berdasarkan penelitian, risiko mengalami SIDS (Suddent Infant Death Syndrome) lebih rendah.

Bila perilaku tidur orangtua lasak maka bisa mencederai bayi.

– Terkadang baru mau pisah kamar setelah bertahun-tahun kemudian.

– Privasi orangtua sering terusik.

ORANGTUA
Bisa cepat memberi respons ketika bayi menangis.

– Momen untuk lebih dekat dengan si kecil.

Bila hendak bercinta harus cari kamar/ tempat lain.

– Harus selalu memerhatikan posisi tidur agar tak menindih si kecil.

– Privasi sering terusik.

 

PLUS MINUS TIDUR TERPISAH
 
PLUS
MINUS
BAYI
– Belajar “mandiri” sejak dini karena terbiasa tidur sendiri.
– Kadang tak cepat mendapat respons bila menangis.
ORANGTUA
Tak perlu khawatir bila pola tidurnya grasah-grusuh.

– Tak perlu mencari kamar lain bila hendak berintim-intim.

– Tidak mengeloni setiap saat.

Konsultan ahli:

dra. Ratih Andjayani Ibrahim, MM.,

dosen Fakultas Psikologi Ukrida, psikolog di Personal Growth dan LPT UI.

Powered by ScribeFire.

parent-guide.jpg

Jangan buru-buru senang jika bayi melompatinya dan langsung berjalan.

“Eh, bayiku sudah bisa berjalan, lho!”
“Lho, bukannya merangkak saja belum?”
“Memang. Asyik, ya?”
 
Dalam soal tumbuh kembang anak, sebagian kita – para orangtua – bersikap seperti tengah menyaksikan anak ikut lomba balap. Kita senang jika anak bisa ‘ngebut’ melewati tiap etape atau tahapan, mendahului anak lain. Kalau bisa lompati saja 1-2 tahap, biar lebih cepat lagi.
 
Dalam perkembangan berjalan juga begitu. Sebagian kita merasa senang jika bayi langsung belajar berjalan tanpa merangkak dulu. Padahal, merangkak itu penting buat bayi. Peter Fysh, dokter anak, chiropractor dan anggota International Chiropractor Association yang berdomisili di Sunnyvale, California, Amerika Serikat mengatakan,

merangkak menuntut pemakaian kaki dan tangan yang berlawanan secara simultan, yaitu: menggerakkan tangan kanan dengan kaki kiri, diikuti tangan kiri dengan kaki kanan, dan seterusnya, dalam gerakan timbal-balik. Tiap gerakan seperti ini menuntut pemakaian kedua belahan otak kiri dan kanan dalam sebuah koordinasi neurologis yang kompleks.

‘Berjalan terlalu dini’ (merangkak terlalu singkat sebelum mulai berjalan) diduga berhubungan dengan masalah akademis di belakang hari. “Penelitian terhadap anak-anak yang digolongkan ‘berjalan terlalu dini’ menunjukkan bahwa mereka meraih skor lebih rendah dalam berbagai tes prasekolah,” kata Dr. Fysh.    
 
Louis Barclay Murphy dan Colleen T. Small dalam The Baby’s World menjelaskan berbagai pengalaman sensori bayi, dalam konteks budaya para bayi itu sendiri. Berdasarkan penjelasan mereka, kita bisa melihat betapa banyak ‘keuntungan langsung’ yang bisa dirasakan bayi dengan merangkak – selain meningkatnya keterampilan motorik, tentunya: 

  1. ‘Memperluas Dunia’. Bayi perlu memperluas dunia, karena mereka akan semakin terbiasa dengan apa yang mereka lihat sehari-hari dan bisa bosan. Dengan merangkak, bayi bisa menggapai, menyentuh, merasakan dan menjulurkan tubuh untuk melihat dan mendengar sesesuatu yang baru dan menarik. Dengan cara ini, bayi memelihara minat dan kesenangannya terhadap rangsangan baru – ini sangat penting untuk perkembangan mental bayi dan kelangsungan hidupnya. Bayi-bayi yang kurang mendapat ‘nutrisi’ untuk pancainderanya (karena dunianya tidak diperluas) akan lambat perkembangannya.
  2. Mengembangkan ‘Peta-peta Kognitif’. Peta-peta kognitif (cognitive maps) berkembang begitu anak menyesuaikan diri mereka dengan lingkungan sekitar. Ketika bayi mulai merangkak dari ruang yang satu ke ruang lain, mereka belajar menemukan jalan sendiri untuk mengelilingi rumah. Mereka menciptakan peta kognitif seperti burung dan tupai menemukan jalan pergi dari dan pulang ke sarang. Bayi yang  merangkak juga bisa menyelidiki lemari-lemari dapur di sepanjang jalur merangkak. Itu membuat mereka makin menguasai jalur, bahkan mampu mengubah tiap jalur menjadi tempat mengasyikkan. Semua itu akan mengembangkan kompetensi dan kemandirian bayi. 
  3. Mengembangkan kelekatan dengan lingkungan. Proses pengembangan kelekatan (attachment) bayi dengan sesuatu disebut juga kanalisasi. ‘Sesuatu’ itu bisa ibunya, selimutnya, mainannya, boks-nya, makanannya, pakaiannya, dan seterusnya. Bayi yang merangkak bisa menjalin kelekatan dengan lebih banyak ‘sesuatu’, yang mungkin tidak didapat jika tidak merangkak: kolong boks (yang ternyata nyaman untuk sembunyi!), sudut kamar, lemari, meja-kursi, ceruk di antara perabotan, ruang di balik pintu, dan apa saja yang bisa mereka temukan dalam setting rumah kita. 
  4. Menyalurkan hasrat kebebasan. Ada bayi-bayi enerjik yang kesal jika terkurung dalam kotak bermain atau kamar. Mereka bisa marah dan melakukan tindakan destruktif: melempar atau merusak mainan, menendang, memukul, dan sebagainya. Dengan merangkak, bayi-bayi enerjik tersebut mendapatkan penyalurannya. Hasrat ingin bebas terpuaskan, energi gerak yang melimpah tersalurkan (merangkak itu capek, lho!).
  5. Memperkaya kehidupan emosi. Merangkak memberi kesempatan bayi mengalami lebih banyak tantangan dari lingkungan. Semua itu harus dihadapi oleh bayi dengan segala rasa yang muncul dalam dirinya – takjub, gembira, bersemangat, sedih, cemas bahkan takut. Kesuksesan demi kesuksesan yang berhasil dicapai bayi dalam mengatasi tantangan tersebut akan membangun optimisme bayi.    
  6. Memperkaya cara-cara untuk menyamankan diri. Bayi mampu membuat dirinya nyaman dengan berbagai cara. Ada yang mengisap jari (oral), memandangi gambar-gambar di dinding (visual), menggosok-gosokkan jari kaki ke mainan (taktil). Dengan merangkak, bayi bisa memperkaya cara menyamankan diri. Misalnya, merangkak ke kolong meja dan berbaring menikmati ketersembunyian dirinya dari orang lain (visual). 
     
  7. Memperkaya cara bayi untuk ‘mempengaruhi dunia’. Sebelum bisa merangkak, bayi mungkin hanya bisa ‘mengulurkan tangan dan menatap penuh harap’ untuk menyuruh kita menghampiri dan menggendongnya. Dengan merangkak, bayi bisa menghampiri kita dan lebih ‘memaksa’ kita menggendongnya segera.
     
  8. Memperkaya kosakata bayi. Sebelum merangkak, bayi hanya menunggu seseorang menghampiri, menyodorkan sesuatu dan berkata “Ini boneka beruang…”, lalu belajar menghubungkan antara sesuatu yang nyata (benda empuk berbulu lembut, berwarna cokelat) dan gagasan tentang benda tersebut (boneka Beruang). Dengan merangkak, bayi mendapat kesempatan jauh lebih luas untuk menemukan lebih banyak objek dan mengaitkannya dengan bahasa. Ketika merangkak mencapai kaki tangga, misalnya, kita berseru “Jangan ke tangga!”. Bayi belajar menghubungkan bahwa yang ada di dekatnya adalah ‘tangga’ dan dia ‘dilarang’ mendekati benda tersebut. 

Hm, kalau sebanyak ini keuntungannya, siapa lagi yang berani mengatakan merangkak tidak penting? PG

==========================================================================

Serba-serbi Merangkak
Menurut Encyclopaedia of Children’s Health:

  • Kebanyakan bayi belajar merangkak antara usia 6-10 bulan.
  • idak semua bayi merangkak. Ada 5% bayi melompati periode merangkak dan langsung berpegangan, berdiri dan berjalan.

Powered by ScribeFire.

parent-guide.jpg

Meski sedang hamil itu bukan berarti Anda bebas makan sesuka hati. Jaga selalu pola makan untuk menjaga pertambahan berat badan agar tak menghadirkan risiko kesehatan lain.

Banyak yang beranggapan bahwa saat hamil makan harus lebih banyak dari porsi biasanya. Tak perlu menahan keinginan atau menjalani diet seperti sebelum hamil. Ibu hamil pun tak perlu menambah porsi makan demi menjamin kecukupan nutrisi bagi janin juga dirinya Bagi yang kekurangan berat badan mungkin itu bisa diberlakukan. Tapi, bagi yang tidak, makan dengan porsi terlalu besar justru berisiko mendatangkan masalah kelebihan berat badan. Dari sekedar overweight bukan tak mungkin muncul masalah baru. Masalah baru berarti ancaman bagi janin. Apa saja masalah yang muncul?  Berapa pertambahan berat badan yang seharusnya? Seperti apa pola makan yang tepat?

Kenaikan yang Normal

Adalah wajar jika berat  bdan bertambah saat Anda hamil. Sebab, selain karena adanya janin yang terus berkembang, berbagai perubahan yang terjadi pada tubuh juga turut berpengaruh. Diantaranya adalah perubahan yang terjadi pada payudara, rahim yang membesar, pertambahan lemak, pertambahan volume darah, dan cairan yang tertahan selama masa kehamilan.

Lalu berapa kenaikan berat badan yang ideal? Menurut Dr.Deradjat M. Sastrawikarta, SpOG, dari Rumah Sakit Puri Cinere Jakarta, seharusnya hanya berkisar antara 11,5 – 12 kilogram. Tapi, jumlah kenaikan berat badan hingga 16 kilogram pun masih termasuk normal. Sedangkan untuk kehamilan kembar, yang bisa ditoleransi adalah rata-rata sekitar 18 kilogram. Laju pertambahannya sendiri biasanya paling banyak terjadi di trimester ketiga. Tapi, berat bisa saja bertambah lebih atau kurang dari angka tersebut. Pola makan yang kurang tepat misalnya, bisa saja menyebabkan pertambahan berat sangat sedikit. 

Nah, untuk Anda yang sebelumnya berbobot ideal, maka saat hamil pertambahan berat yang ideal adalah sekitar 15 kilogram saja. Tapi yang jelas, berapapun pertambahannya yang penting adalah menjaga kenaikan dengan bertahap, tidak dalam jumlah berlebihan. Bila berat badan bertambah secara bertahap, Anda akan lebih mudah menekan pertambahannya seminimum mungkin.

Awas Pre-Eklamsia!

Besar kecilnya bayi saat lahir tak ditentukan oleh seberapa banyak Anda makan. Melainkan seberapa baik plasenta yang menjadi saluran makanan berfungsi. Anda lah yang bertambah berat, bukan janin yang ada di dalam kandungan Anda. Jadi, tidak tepat bila Anda berpikir bahwa makan dengan porsi banyak pasti bisa membuat si janin menjadi besar.

Yang jelas, makan terlalu banyak bisa mengakibatkan pertambahan berat badan berlebihan.  Inilah yang perlu diwaspadai. Pertambahan berat badan yang berlebihan bisa mengindikasikan bahwa Anda menderita pre-eklamsia. Mengiringi pertambahan bobot itu, akan terjadi  juga lonjakan tajam tekanan darah. Overweight dengan pre-eklamsia dapat dirasakan lewat munculnya berbagai gejala. Misalnya membengkaknya tungkai, pergelangan kaki serta jari, sakit kepala, mual dan muntah, pandangan kabur dan nyeri di bagian perut. Kondisi seperti ini tentu mengganggu perkembangan janin dan menyebabkan bayi lahir preamtur.

Overweight  juga dapat menyebabkan Anda mengalami nyeri punggung serta varises. Karena itulah, ibu hamil perlu memantau terus pertambahan berat badannya. Sebisa mungkin, aturlah pola makan dengan baik agar berat badan tidak melonjak tajam. Bagi ibu hamil yang berbakat gemuk pengaturan pola makan secara detil perlu dilakukan. Hindari mengkonsumsi makanan berlemak dan tinggi kalori dalam jumlah berlebihan. n PG

==========================================================================

Pola Makan Sehat

  1. Perbanyak asupan protein, asam folat, dan zat besi, serta kalori. Anda bisa mendapatkannya dari sayuran berdaun hijau, buah-buahan, serta ikan, telur, susu, keju, tempe, tahu, dan sebagainya.
  2. Pilihlah sumber karbohidrat dari jenis yang kompleks seperti roti gandum, beras merah, kentang panggang dengan kulit, atau pisang.
  3. Tak perlu diet ketat, yang penting hindari makan dalam porsi berlebihan.
  4. Makan sedikit tapi sering. Ini akan membantu mengurangi mual. Jadi, cobalah untuk makan setiap empat jam sekali dalam porsi kecil.

Powered by ScribeFire.

parent-guide.jpg

Siapa bilang “bayi baru” belum bisa tengkurap. Mereka sudah bisa ditengkurapkan kok.

It’s tummy time!” Sekaranglah saat yang tepat untuk melatih perut. Si kecil sebenarnya sudah bisa tengkurap dengan bertumpu pada otot lengan dan perutnya. Jadi ia pun sudah bisa ditidurkan dalam posisi tengkurap. Belajar membalikkan badan untuk kemudian tengkurap adalah salah satu keterampilan yang perlu dipelajari bayi untuk bisa menguasai keterampilan-keterampilan selanjutnya.

Belajar Banyak Hal

Begitu si kecil sudah bisa mengendalikan kepalanya–di usia 2-3 bulan—ia sudah mulai bisa ditengkurapkan. Mengendalikan kepala di sini maksudnya, bila kepalanya bergerak mengikuti stimulasi suara atau benda yang ditunjukkan padanya. Jadi, jangan kaget bila suatu waktu Anda melihat ia berusaha memiring-miringkan badannya sendiri. Namun, keterampilan barunya ini masih belum ia kuasai dengan sempurna hingga ia berusia 5 atau 6 bulan nanti.

Di usia 3 bulan, kepala dan otot-otot leher si kecil mulai semakin kuat. Jika Anda meletakkannya dengan posisi tengkurap ia akan sedikit mengangkat kepala dan bahunya bertumpu pada kedua lengannya. Gerakan-gerakan ini akan membantunya memperkuat otot-otot yang akan ia gunakan nanti untuk bisa berguling nanti. Kalaupun ia bisa berguling di usia 3-4 bulan nanti, itu hanya bisa dilakukannya ke satu arah saja. Ketika ia berusia berusia 6-7 bulan, barulah ia bisa melakukannya ke dua arah.

Ketika bayi dalam posisi tengkurap sesungguhnya ia tengah belajar banyak hal. Selain memperkuat otot perut ia juga akan belajar memfungsikan tubuh bagian atas dan bawahnya. Ia akan belajar menggunakan telapak tangannya ketika bertumpu. Lalu, ia juga akan belajar mengangkat bagian bawah tubuhnya saat bertumpu pada telapak kakinya.

Mempercepat Keterampilan Baru

Nah, kini saatnya Anda membantu si kecil mengembangkan keterampilan barunya itu.. Banyak manfaat yang bisa didapat dengan melatih bayi belajar berguling dan tengkurap. Suzanne Dixon, M.D., MPH,  spesialis anak dari the University of California, Amerika Serikat, menjelaskan tentang manfaat tersebut. Bayi-bayi yang biasa ditidurkan dengan posisi terlentang cenderung sedikit lebih lambat perkembangan keterampilan motoriknya dibanding yang berbaring tengkurap. Bayi-bayi yang biasa berbaring terlentang juga lebih lambat untuk bisa berguling pada usia 4 bulan, jika dibandingkan bayi-bayi yang biasa dibaringkan tengkurap.

Manfaat lain yang juga tak kalah penting menurut para ahli dari The American Association of Pediatrics adalah pengaruhnya pada kondisi kepala bayi. Menurut mereka, kepala bayi-bayi yang sering berbaring tengkurap tidak banyak tertekan. Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk membantu si kecil belajar berguling dan tengkurap? Kiat berikut bisa menjadi panduan untuk Anda coba. Lakukan selama sekitar 10 menit beberapa kali sehari :

  • Baringkan si kecil di atas lantai dengan posisi tengkurap. Atau, bisa juga dengan membaringkannya tengkurap di atas pangkuan Anda. Lakukan beberapa kali sehari agar ia terbiasa dengan posisi tersebut.
  • Bantu bayi Anda untuk mengangkat kepalanya. Letakkan cermin atau gambar berukuran besar di depannya, atau Anda ikut berbaring tengkurap juga, dengan posisi saling bertatapan dengannya.
  • Berikan si kecil banyak ruang dan kesempatan untuk berlatih. Anda bisa melakukannya di atas lantai ataupun di atas tempat tidur. Gulingkan badannya ke kiri atau ke kanan dengan hati-hati.
  • Peganglah sebuah benda yang ia sukai, seperti mainan atau cermin kecil di sampingnya. Ini bisa menarik minatnya untuk membalikkan tubuhnya untuk melihat benda yang Anda pegang.

Nah selamat bermain dengan si kecil n PG

==========================================================================

Perkembangan Motorik Bayi Usia 0-4 bulan

Inilah perkembangan kemampuan motorik bayi hingga ia berusia 4 bulan:

Motorik Kasar:

  1. bulan:  Mampu mengangkat dagunya sedikit
    Mulai bisa mengontrol otot-otot tubuhnya
  2. bulan:  Mendongakkan kepala saat didudukkan di pangkuan, walau masih perlu ditopang.
  3. bulan:  Kepala mulai tegak saat bayi didudukkan di pangkuan
    Berusaha menggulingkan tubuhnya ke samping
    Bertumpu pada kedua lengannya saat ditengkurapkan
    Mulai menendang-nendang atau berusaha meraih benda yang di dekatnya.
  4. bulan:  Duduk dengan bertumpu pada lengan
    Menggulingkan perutnya ke samping
    Kepalanya tetap tegak saat tubuhnya ditarik untuk duduk

Motorik Halus:

  1. bulan : Tangan terkepal
  2. bulan: Berusaha meraih mainan di dekatnya
  3. bulan: Telapak tangan terbuka
  4. Mulai bisa menggenggam dan memegang benda dengan baik
    Bermain-main dengan tangannya
  5. bulan: Meraih benda dengan menggunakan tangan dan lengannya
    Memasukkan jari dan tangannya ke mulut
    Mulai bisa meremas benda-benda yang ada di dekatnya.

Powered by ScribeFire.

parent-guide.jpg

Ibu menyusui tidak harus mengkonsumsi/menghindarkan makanan/minuman tertentu demi kualitas atau jumlah air susunya.

Selama Anda menyusui, pernahkah Anda berpikir bahwa Anda harus makan makanan (atau minum minuman) tertentu agar air susu Anda banyak atau berkualitas? Atau sebaliknya, berpikir bahwa Anda harus menghindarkan makanan/minuman tertentu untuk tujuan yang sama? Jika ya, Anda mungkin memerlukan informasi-informasi berikut ini:

  1. Alam sangat pemaaf. Demikian menurut Kelly Bonyata, IBCLC, konselor laktasi dari Florida, Amerika Serikat, dan pemilik situs informasi menyusui kellymom.com. Air susu ibu, imbuh Bonyata, dirancang untuk mencukupi kebutuhan dan melindungi bayi (khususnya selama 6 bulan pertama hidupnya) bahkan di tengah penderitaan dan kelaparan. Penelitian menunjukkan, mutu makanan ibu hanya sedikit pengaruhnya terhadap ASI. Banyak/sedikit produksi ASI ditentukan oleh seberapa sering ibu menyusui bayinya. Jadi, tidak benar bahwa supaya ASI cukup banyak diproduksi (atau supaya ASI berkualitas), ibu perlu minum susu tiap sebelum dan sesudah menyusui (apalagi jika jenis susunya ditentukan, misalnya susu khusus ibu menyusui), perlu bangun tengah malam untuk makan kacang-kacangan, perlu membuat banyak hidangan dengan bahan dasar daun katuk, dan sebagainya. “Membuat ibu menyusui berpikir bahwa mereka harus makan makanan ‘sempurna’ untuk menghidupi bayi mereka adalah hambatan yang tidak perlu untuk menyusui,” tegas Bonyata.
  2. Diet yang buruk lebih mempengaruhi ibu ketimbang bayi. Ini memang contoh ekstrem dan sama sekali tidak dianjurkan untuk dilakukan ibu menyusui. Ibu menyusui yang hanya makan junk food pun air susunya tetap akan mencukupi kebutuhan bayinya. Si ibulah yang akan terganggu kesehatannya, bukan produksi ASI-nya. Ibu menyusui perlu memiliki kebiasaan makan yang sehat, karena itu akan membuat ibu lebih sehat dan merasa lebih nyaman – bukan dalam rangka menghasilkan ASI berkualitas atau menjaga pasokan ASI.  
  3. Tak ada makanan khusus yang harus dimakan/dihindarkan oleh hampir semua perempuan selama menyusui. Demikian pernyataan Australian Breastfeeding Association (ABA). ABA juga menyatakan bahwa ibu menyusui perlu didorong untuk makan makanan seimbang dari kelima kelompok makanan, dan minum untuk memuaskan dahaganya. Tapi mereka sama sekali tidak menyebut-nyebut bahwa hal itu dilakukan demi kelancaran produksi atau kualitas air susu ibu. 

Nah, semoga Anda tidak terlalu kepikiran lagi soal makanan selama menyusui si kecil. Makan saja jika Anda lapar, dan minumlah jika haus! PG  
 
Sedikit Perkecualian…
Ibu menyusui perlu:

  • Menghitung asupan kalori dengan cermat, jika punya masalah dalam menjaga berat badan yang sehat (terlalu gemuk/kurus).
  • Minum cairan banyak-banyak, jika dehidrasi berat.
  • Mengkonsumsi suplemen vitamin/mineral, jika tidak cukup makan makanan seimbang.
  • Membatasi minuman berkafein (atau alkohol), jika ia tergolong penggemar berat atau pecandu.
  • Membatasi atau menghindarkan sama sekali makanan pencetus alergi, jika memiliki keluarga dengan riwayat alergi makanan.
  • Menghindarkan makanan tertentu, jika bayinya (yang masih menyusu eksklusif) menunjukkan reaksi tertentu setelah ibu mengkonsumsi makanan tersebut.

Powered by ScribeFire.

parent-guide.jpg

Selain sibuk mengurus soal tubuh dan emosi yang berubah, ibu hamil juga masih dipusingkan dengan mitos seputar makanan. Bagaimana sesungguhnya fakta mitos makanan itu?

Bagi calon ibu, kehamilan kadang malah membingungkan. Karena di sana banyak sekali terjadi perubahan. Mulai dari perubahan komposisi hormonal, perubahan emosi hingga perubahan fisik. Selain ketiga perubahan itu, ibu hamil juga terkadang mengalami masalah makan. Bukan sekedar tak berselera, tapi karena adanya mitos-mitos seputar makanan. ’Jangan makan itu, karena nanti begitu’. Begitulah.

Padahal memperhatikan jadwal dan jenis makananan (nutrisi) yang diasup sangat penting. Karena sekarang ada tubuh lain di dalam rahim, yakni janin. Kondisi ini menuntut para ibu untuk menerapkan pola makan sehat.

Yang Penting, Seimbangkan Asupan

Selama kehamilan, metabolisme energi meningkat akibat perubahan sistem tubuh Anda dan pertumbuhan janin. Karenanya mengalokasikan waktu untuk memenuhi pola makan sehat tak bisa ditawar lagi. Sebab pertumbuhan dan perkembangan janin bergantung pada sumberdaya dari sang ibu. Janin membutuhkan zat gizi yang seimbang untuk pertumbuhannya. Untuk kebutuhannya, Anda perlu menambah 200-300 kalori lagi dari kebutuhan kalori normal Anda (sebelum hamil) yang sekitar 2.000-2.200 kalori itu. Untuk menambah jumlah kalori itu Anda tak perlu berpikir bahwa Anda mesti menambah jumlah makanan.

Mempertimbangkan apa yang Anda makan jauh lebih penting daripada memikirkan jumlahnya. Namun terkadang Anda mungkin juga dibingungkan dengan mitos-mitos seputar makanan untuk ibu hamil. Mitos-mitos itu mau tak mau ’menghambat’ keinginan Anda menjaga nutrisi. Yang ada Anda malah jadi sangat pilih-pilih dalam makan. Apa saja sih mitos seputar makanan ibu hamil itu? Berikut mitos dan uraian fakta sebenarnya :

  1.  Harus makan rendah karbohidrat dan tinggi protein.
    Fakta : Makanan harus dikonsumsi secara seimbang. Kecuali jika saat pemeriksaan ada kecenderungan bayi terlihat besar sehingga dikuatirkan agan mengganggu persalinan maka mengurangi karbohidrat perlu. Pun jika ada penyakit tertentu seperti hipertensi atau pre-eklampsi saat kehamilan, maka asupan makanan perlu diatur. Sepanjang kehamilan dan bayi tak bermasalah tak ada aturan untuk mengikuti mitos itu.
  2. Kebanyakan garam sebabkan tubuh membengkak dan hipertensi.
    Fakta : Garam adalah salah satu zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Terjadinya beberapa pembengkekakan pada anggota tbuh selama kehamilan adalah wajar adanya. Namun, jika pembengkakan terjadi terus-menerus, ibu hamil perlu memeriksakan diri ke dokter.Sementara hipertensi pada kehamilan disebabkan oleh variasi perubahan fisiologis pada tubuh. Cara mengatasinya berbeda dengan hipertensi pada perempuan tidak hamil. Namun, jika merasa makanan yang diasup terlalu banyak garam ada baiknya dikurangi. Toh masakan yang terlalu keasinan juga tak enak bukan?
  3. Harus banyak mengkonsumsi vitamin B kompleks (asam folat).
    Fakta : Asam folat memang penting untuk pertumbuhan susunan saraf. Namun, jika ibu hamil sudah menerapkan pola makan yang baik maka tak perlu lagi menambahnya dengan meminum suplemen vitamin. Asam folat banyak terkandung pada makanan laut. Tapi, jika ibu tidak suka makanan laut, sumbernya dapat diambil dari makanan berbahan kacang-kacangan, buah, juga sayuran hijau. Jadi intinya, tidak harus.
  4. Pilih susu berlemak (whole milk) daripada susu rendah lemak (skim milk)
    Fakta : Susu rendah lemak mengandung nutrisi yang sama dengan susu berlemak. Keduanya sama-sama memiliki kandungan lemak dan kolesterol yang rendah. Satu-satunya perbedaaan, susu rendah lemak mengandung lebih banyak kalsium. Susu—apapun itu jenisnya–bagi ibu hamil baik dikonsumsi untuk menambah suplai kalsium. Tapi tidak aturan yang menyebut ibu hamil harus minum susu. Buat ibu hamil yang tak suka susu masih bisa memperoleh sumber kalsium dari sumber makanan lain.
  5. Jika makan sedikit, bayi akan mengambil cadangan lemak ibu hamil
    Fakta : Bayi tidak tumbuh karena lemak. Lemak berasal dari glukosa sebagai sumber energi bagi tubuh. Glukosa tak dapat diubah menjadi protein untuk membantu pertumbuhan bayi. Tak ada istilah lemak ibu diambil bayi. Yang jelas karena janin adalah ’parasit’ maka ia akan mendapat suplai makanan dari apa yang dimakan ibu. Karenanya yang terpenting bagi ibu adalah makan makanan yang penuh gizi. 
  6. Kafein harus dihindari oleh ibu hamil.
    Fakta : Buat siapapun, tak terkecuali ibu hamil, sering mengkonsumsi kafein tnetu berefk buruk. Masih ada banyak cara dan pilihan untuk membuat tubuh Anda terasa segar.
  7. Hindari mengkonsumsi keju.
    Fakta : Tidak benar. Karena keju adalah produk susu yang juga penting bagi ibu hamil.
  8. Batasi konsumsi ikan.
    Fakta : Ikan adalah sumber protein hewani terbaik, untuk melengkapi gizi seimbang yang dikonsumsi ibu hamil. Pilihlah ikan yang bersih, yang terhindar dari pencemaran. Konsumsi ikan dengan cara memasak yang benar. Memasaknya setengah matang berisiko mendatangkan infeksi virus pada janin.
  9. Batasi konsumsi vitamin A.
    Fakta : Ada benarnya. Vitamin A, D, E, dan K tidak larut dalam air, sehingga jika ada kelebihan tidak cepat keluar dari tubuh. Ini dapat merugikan bayi. Berbeda dengan vitamin B dan C, jika berlebihan di dalam tubuh, akan keluar secara alamiah.
  10. Minum air kelapa hijau menyuburkan rambut bayi.Fakta : Tak ada hubungannya dengan rambut bayi. Air kelapa hijau memang menyehatkan karena mengandung elektrolit. Baik orang hamil maupun tidak, boleh minum air kelapa hijau supaya tetap bugar. n PG

Powered by ScribeFire.

parent-guide.jpg

Kapan sebaiknya kita mengenalkan makanan padat kepada bayi, dan berapa banyak?

Ada yang berpendapat usia 4 bulan adalah saat tepat untuk mengenalkan makanan padat kepada bayi. Pertimbangannya, di usia itu bayi biasanya sudah bisa menahan kepalanya untuk tetap tegak walau badannya miring. Tapi sebenarnya, usia 6 bulanlah waktu yang paling tepat.
 
Di usia 6 bulan, bayi tak sekedar bisa menahan kepala tetap tegak saat badannya dimiringkan, namun sudah bisa mengatur sikap kepala dengan baik jika didudukkan. Pencernaannya juga sudah lebih matang untuk menerima asupan selain ASI. Selain itu, dengan memulai pemberian makanan padat di usia 6 bulan, bayi berkesempatan memperoleh ASI Eksklusif (ASI saja tanpa tambahan makanan/minuman apapun) sesuai rekomendasi terbaru UNICEF dan World Health Assembly (WHA), yaitu 6 bulan penuh.
 
Begitu kita mulai memberi makanan padat, harap selalu diingat bahwa sampai usia 2 tahun makanan padat hanyalah pendamping ASI (atau susu formula – jika terpaksa). Bukan pengganti. Artinya, ASI (atau susu lainnya) tidak boleh dihilangkan sama sekali dari menu keseharian bayi.

==========================================================================
 Sekarang, mari kita mulai memberi makan si kecil!

Usia 6 bulan

Di usia ini, bayi bisa mulai dikenalkan makanan semicair dulu, yakni bubur encer dari susu dan sereal beras. Beras dianggap paling kecil risiko alerginya dan zat besinya mudah diserap bayi. Karena masih perkenalan, porsinya sedikit saja. Misalnya satu sendok sereal beras dicampur 1 sendok makan ASI (atau susu formula). Secara berangsur, porsi dan kekentalannya bisa ditambah. Berikan bubur susu-beras 1-2 kali sehari. 

  • Mulailah pengenalan makanan semicair di pagi hari. Suasana hati bayi bayi biasanya masih bagus (tubuhnya segar, belum capek atau mengantuk) begitu juga suasana hati kita, sehingga suasana makan bisa lebih santai dan menyenangkan.
  • Untuk mendeteksi kemungkinan alergi, berikan jenis sereal yang sama selama beberapa hari. Jika aman, barulah mencoba jenis sereal lainnya, misalnya gandum. Jangan tambahkan gula pada bubur susu, agar bayi tidak mengembangkan preferensi terhadap rasa manis.    

Usia 6-8 bulan

Bersamaan dengan pengenalan bubur beras, bayi bisa mulai dikenalkan buah dan sayuran. Pertimbangannya adalah mulai memerlukan makanan ringan di antara makan besar (pagi-siang- sore/malam), dan makanan ringan berupa buah/sayur cukup mengenyangkan tapi mudah dicerna, serta kaya vitamin, mineral dan serat. Untuk permulaan, berikan 2-3 sendok teh pisang atau pepaya (keduanya tidak bersifat masam dan teksturnya lunak – risiko tersedak lebih kecil), atau jus wortel (diblender), dengan frekuensi 2 kali sehari. Porsinya bisa ditambah secara berangsur.  

  • Dahulukan mengenalkan sayur ketimbang buah. Pertimbangannya, rasa buah lebih enak (manis) ketimbang sayuran. Jika bayi sudah lebih dulu mencicipi buah, dikuatirkan ia mengembangkan preferensi terhadap rasa manis ketimbang terhadap sayuran yang cenderung langu.  

Usia 8-12 bulan

Sekarang bayi sudah bisa dikenalkan makanan semipadat atau makanan lunak. Kita bisa memberinya makanan pokok yang dibuat tim (mulai dulu dengan tim saring) atau dilumatkan. Misalnya tim nasi, kentang tumbuk, getuk ubi, dan sebagainya. Selain itu, karena kebutuhan zat besi makin meningkat, ke dalam makanan pokok bayi perlu ditambahkan makanan yang berasal dari hewan (misalnya daging sapi, ikan tuna, daging ayam, telur). Mulailah dengan jumlah sedikit, sampai akhirnya porsinya bisa mencapai 1-2 sendok makan makanan pokok, plus 2 sendok makan daging/ikan/telur per hari. 

  • Jangan terlalu banyak memberikan jenis makanan dalam satu waktu, agar bayi tidak kebingungan. Dua atau tiga jenis sudah cukup, misalnya tim nasi-bayam-hati ayam.
  • Untuk mengenalkan jenis makanan baru, berikan bersama makanan kesukaan bayi. Misalnya, jika ikan tuna adalah makanan favorit bayi, kenalkan brokoli bersama ikan tuna. Jangan bersama hati ayam.

Usia 9-12 bulan

Tak lama setelah bayi mengenal makanan semipadat, kita perlu mengenalkan makanan padat. Kita juga perlu lebih menyemangati bayi untuk makan sendiri (baca: memegang dan memasukkan makanan ke mulutnya sendiri), karena saat ini mereka sudah bisa duduk bebas selama beberapa menit. Sediakan finger foods (semua makanan padat yang disajikan dengan ukuran sama atau lebih kecil dari jari, sehingga mudah dipegang dan disuapkan bayi ke mulutnya sendiri). Misalnya, potongan sayuran/buah, kentang goreng, nugget ayam, aneka pasta, dll. Porsinya 1-2 buah (setara dengan 1-2 sendok makan) tiap kali makan, sebagai tambahan atas menu lainnya.     

  • Pastikan ukuran finger foods tidak lebih lebar dari jari bayi.
  • Jangan mengandalkan kecukupan nutrisi bayi pada finger foods. Begitu bayi selesai dengan finger food-nya, lanjutkan dengan menyuapkan makanan ke mulutnya, sesuai porsi yang dibutuhkan bayi.
     
    Happy baby feeding! n PG

Powered by ScribeFire.

parent-guide.jpg

Selain kelelahan yang luar biasa, setelah melahirkan seorang ibu juga kerap mengalami beberapa keluhan sakit (post-partum pain) lainnya. Simak cara mengatasi keluhan umum dan biasa ini.

Belum pergi baby blues yang dirasa, Ussy (30 tahun) harus merasakan keluhan sakit di sekujur tubuhnya.
“Ma kenapa badanku terasa sakit begini ya? Tulang nyeri dan terasa mau patah rasanya!” Ussy mengeluh pada Mamanya. Sang Mama hanya tersenyum. Pikirnya, dia sudah merasakan hal yang sama sampai tiga kali.
“Itu biasa Sy. Nanti juga hilang. Mau Mama panggilkan tukang urut apa?”

‘Perjuangan’ Belum Selelsai

Usai persalinan, perjuangan mengatasi kondisi badan belum selesai sampai di situ. Masih ada keluhan-keluhan lain yang muncul. Itu karena tubuh ibu hamil sedang mencoba kembali ke dalam kondisi normal seperti sebelum kehamilan. Tak perlu heran bila hal itu terjadi hingga 6 pekan lamanya. “Makanya selesai bersalin ibu harus banyak istirahat untuk mengembalikan tenaganya yang terkuras saat persalinan,” tukas Dr. Med. Ali Baziad, Sp.OG, dokter kandungan dari RS Cipto Mangun Kusumo, Jakarta.

Menurut Ali, istirahat ini sangat diperlukan terutama saat si ibu masih mengalami nifas. Namun terkadang memang sulit bagi seorang ibu untuk mendapatkan istirahat yang ia perlukan. Selain harus menyusui sang bayi, kadang banyak pula ibu yang harus melakukan berbagai hal sendirian, misalnya seperti mengganti popok bayi, dan lainnya. “Bantuan tenaga sangat diperlukan, sehingga si ibu bisa ikut mendapatkan istirahat saat bayinya juga tidur. Bila tidak, tentunya akan sangat melelahkan bagi si ibu,” jelas Ali lagi.

Nyeri Perineum dan Konstipasi

Selain keletihan yang luar biasa, para ibu yang melahirkan secara normal umumnya akan mengalami sakit pada bagian perineum. Menurut Dr. Trisha Macnair dari The Medicine for the Elderly, Inggris, sakit di area yang terletak antara vagina dan rectum (anus) ini sebenarnya bisa dikurangi dengan menggunakan air hangat atau dikompres dengan air dingin di sekitar area tersebut.  “Biasakan setelah buang air mengguyurnya dari depan ke belakang. Hal ini untuk menghindari terjadinya infeksi akibat bakteri atau jamur dari sekitar rectum,” saran Trisha.

Rasa sakit di sekitar daerah perineum ini, lanjut Trisha, juga membuat si ibu sulit untuk bisa duduk dengan nyaman. “Untuk membantunya, gunakan ganjalan duduk sehingga daerah yang sakit itu tidak terlalu tertekan.” Trisha menyarankan untuk menggunakan bantalan duduk berbentuk donat yang bisa didapat di apotik atau toko kebutuhan ibu dan bayi. Tapi biasanya, sebelum ibu pulang dokter kandungan yang mengurus akan meresepkan obat penghilang nyeri.

Hal umum lainnya yang kerap dialami usai persalinan adalah rasa tak nyaman akibat sulit buang air besar (konstipasi) atau sembelit. Keduanya, terang Trisha, bisa diatasi dengan menggunakan krim atau spray yang diimbangi dengan konsumsi makanan berserat tinggi serta banyak cairan. Meski begitu, ada baiknya penggunaan obat-obatan dikonsultasikan terlebih dulu pada dokter kandungan. “Terutama bila saat bersalin sempat dilakukan episiotomi atau sayatan lainnya di daerah perineal,” pesan Trisha.

Keluhan Fisik Lain

Selain nyeri perineum dan sembelit, masih ada keluhan-keluhan fisik yang  mungkin akan dirasakan ibu. Apa saja dan bagaimana mengatasinya?

  • Pegal Otot

Beberapa hari usai bersalin, sangat mungkin akan muncul pegal di beberapa bagian tubuh. Tak perlu resah, pegal adalah efek posisi bersalin yang ketika itu Anda harus menekuk kaki berjam-jam, mengejan, dan sebagainya. Lagipula melahirkan bisa dipadankan dengan melakukan lari marathon. Meski yang banyak bergerak adalah bagian kaki atau punggung, namun semua tubuh pun akan merasa ikut letih dan pegal-pegal.

Untuk menguranginya, sebaiknya Anda mandi dengan air panas, pijat atau teknik lainnya yang bisa membuat Anda merasa nyaman. Melakukan stretching ringan dan banyak jalan setelah melahirkan, juga mampu mengurangi. Praktisnya, konsultasikan saja keluhan Anda ini ke dokter kandungan Anda untuk mendaptkan alternatif terapi yang tepat. 

  •  Nyeri Pantat

Daerah ini adalah bagian yang memang umum memunculkan rasa sakit. Di saat melahirkan, bagian ini akan membesar sebagai jalan keluar buah hati kita dan setelahnya perlahan-lahan akan kembali seperti semula. Sehingga sangat wajar bila bagian inilah yang paling sering menimbulkan sakit, dibanding bagian tubuh lainnya.

Untuk menghindari infeksi dan rasa sakit, beberapa minggu pasca melahirkan Anda sebaiknya mandi dengan bantuan lap basah saja. Biasanya, cara melakukannya sudah langsung diajarkan oleh para perawat setelah persalinan. Selain lap, Anda juga bisa menggantinya dengan spons halus khusus mandi yang bisa ditemui di toko-toko.

  • 3. Sakit Kepala

Sakit kepala bisa terjadi akibat adanya perubahan kadar hormone. Akan lebih berpotensi muncul bila saat persalinan Anda dibantu oleh epidural atau spinal sebagai penghilang rasa sakit saat melahirkan. Relaksasi sangat membantu untuk mengurangi sakit kepala, atau merebahkan diri selama beberapa hari (simple bedrest).

  • 4. Payudara Sakit

Rasa sakit seperti rasa penuh, hangat dan nyeri ini umumnya dirasakan bila Air Susu Ibu (ASI) di payudara Anda telah penuh. Cara terbaik untuk mengatasinya adalah dengan menyusui si kecil. Cara lainnya, adalah dengan mengompres dengan menggunakan air hangat.  Yang perlu diperhatikan, hindari memompa ASI kecuali bila si bayi benar-benar menolak untuk disusui. Mengapa? Karena memompanya hanya akan merangsang payudara untuk lebih banyak memproduksi ASI lagi, sehingga sakit yang dirasakan akan semakin parah. Memberikan ASI secara teratur, akan membantu payudara memproduksi ASI yang sesuai dengan kebutuhan si kecil.

Memang, keluhan-keluhan di atas akan mengurangi kenyamanan ibu beraktifitas. Meski begitu, rasa sakit ini kebanyakan tak terlalu menyakitkan seperti yang diperkirakan banyak orang. Kuncinya, teruslah berkonsultasi dengan dokter Anda, untuk mendapatkan bantuan yang dibutuhkan. n PG

Powered by ScribeFire.

parent-guide.jpg

Meski kasus bayi gagal tumbuh masih jarang, namun ada baiknya Anda memahami gangguan inheritas ini.

Awasa jangan salah mengeja kata terkahir ini dengan ‘academia’. Terdengarnya memang keren  dan asing di telinga tapi gangguan kesehatan pada bayi baru ini tak bisa dianggap enteng. Gangguan yang menyebabkan bayi gagal tumbuh ini mampu menyebabkan hilangnya nyawa si kecil.

‘Inborn Errors’

Menurut dr. Rini Sekartini, Sp.A, dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta, MMA merupakan gangguan kelainan metabolisme bawaan (inborn errors of metabolism). “Kelainan itu terjadi akibat tubuh tak mampu memproses protein dengan baik, terutama asam amino esensial valine dan isoleucine menjadi zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh,” tukas Rini. Singkatnya tubuh si kecil tak mampu atau hanya sedikit memproduksi enzim Methymalonyl-coenzyme A, sehingga ia tak mampu menyerap makanan dengan baik. Akibat tak mampu membuat Methymalonyl-coenzyme A, bayi dengan gangguan ini harus dibantu dalam membuat enzim methylmalonic di dalam tubuhnya.
 
Sayangnya gangguan ini umumnya baru terdiagnosa setelah si kecil mengalami gejala sakit, sebab sebagian besar dokter jarang melakukan tes MMA saat bayi dilahirkan. Dr. Bruce Barshop dari Divisi Metabolistik Genetik di Universitas California, San Diego School of Medicine, MMA mencatat, MMA umumnya menjadi penyebab timbulnya penyakit atau kematian tanpa sebab pada beberapa bayi. Oleh karena itu kini di beberapa Negara diwajibkan segera melakukan tes screening MMA untuk mendeteksi apakah bayi memiliki resiko MMA atau tidak.

Pada umumnya, MMA didapatkan dari gen turunan kedua orangtuanya. “Tapi di Indonesia gangguan ini masih sangat jarang ditemukan,” imbuh Rini. Dari data yang dimiliki Dr. Bruce, bayi-bayi yang terdeteksi menderita MMA hanya 1 dari 25 ribu hingga 48 ribu bayi. Namun fakta di lapangan jumlahnya bisa lebih besar, karena begitu banyak bayi-bayi yang meninggal tanpa sebab. Terlebih, gangguan ini bisa terjadi pada anak perempuan maupun anak laki-laki.

Gen Abnormal Orangtua

Sebagai gangguan yang bersifat turunan (inheritas), MMA disebabkan oleh gen abnormal yang dimiliki oleh kedua orangtuanya. Bila salah satu gennya normal, bisa jadi gejala dan gangguan ini tidak terdeteksi. Namun bila kedua gen abnormal ini bertemu, maka bayi yang dilahirkan akan mengalami MMA. Sedangkan setengah dari kasus MMA umumnya, disebabkan oleh adanya perpindahan gen MUT (….). Gen ini berfungsi memberi instruksi tubuh untuk membuat enzim methylmalonyl CoA mutase, yang salah satu tanggung jawabnya adalah memecahkan beberapa molkeul seperti Asam Amino (yang terdapat pada protein), beberapa lipids, dan juga kolesterol.

Bila fungsi itu tidak berjalan maka akan menyebabkan molekul ini tidak mampu dipecah seperti yang seharusnya. Sehingga timbullah methylmalonyl CoA dan racun potensial lainnya, yang bila terakumulasi mampu menyebabkan gejala atau tanda-tanda terjadinya methylmalonic acidemia.

Hal yang hampir sama juga terjadi bila gen MMAA (…..) dan MMAB (…) bermutasi. Agar bisa bekerja secara normal, methylmalonyl CoA mutase harus mampu bekerja sama dengan beberapa protein yang diciptakan oleh gen lain. Mutasi bisa juga berefek pada berbagai protein yang mampu menghambat aktifitas methylmalonyl CoA mutase, sehingga mampu menyebabkan terjadinya methylmalonic acidemia.

Waspadai Gejalanya

Sebenarnya gejalanya sudah bisa didiagnosa sejak awal, yaitu dengan melakukan tes screening saat si bayi baru lahir. Te situ harus dilakukan terutama karena risiko bayi akan menderita demam, stroke, koma bahkan kematian mendadak. Pada awalnya, bayi akan terlihat normal, namun begitu gejalanya mulai terlihat dan mendapatkan asupan protein, kondisinya akan semakin parah. Bayi atau anak-anak yang menderita MMA, juga sangat beresiko terkena ‘Metabolic Decompensation’ (gangguan metabolis) yang menyebabkan meningkatnya katabolisme tubuh. Pada masa ini, bayi harus diberikan perawatan yang mampu memacu dan mengarahkan terjadinya katabolisme dan terciptanya anabolisme di dalam tubuh.

Tapi gejala ini tidak bisa dijadikan indicator spesifik seorang bayi atau anak mengalami MMA. “Perlu diketahui bahwa gangguan metabolisme umumnya banyak ditandai dengan gejala yang hampir sama, sehingga harus dilakukan serangkaian uji laboratorium untuk memastikannya,” papar Bruce. Meski begitu, orangtua atau pengasuh harus segera mewaspadai bila si kecil kerap mengalami demam, terutama bila disertai dengan kondisi pertumbuhannya yang jauh tertinggal dengan anak seusianya.

“Segera konsultasikan kondisi itu pada dokter bila berat badan maupun perkembangan tubuhnya terlambat, terutama bila bayi atau anak Anda mengalami stroke atau perubahan mental secara akut,” saran Bruce. Mengingat gangguan yang dialaminya mempengaruhi keberlangsungan hidup si kecil, ada baiknya konsultasikan pula makanan apa saja yang boleh dan tidak boleh diberikan bagi si kecil yang mengalami masalah metabolisme turunan ini. n PG

Powered by ScribeFire.

Next Page »