8 Keuntungan Merangkak

parent-guide.jpg

Jangan buru-buru senang jika bayi melompatinya dan langsung berjalan.

“Eh, bayiku sudah bisa berjalan, lho!”
“Lho, bukannya merangkak saja belum?”
“Memang. Asyik, ya?”
 
Dalam soal tumbuh kembang anak, sebagian kita – para orangtua – bersikap seperti tengah menyaksikan anak ikut lomba balap. Kita senang jika anak bisa ‘ngebut’ melewati tiap etape atau tahapan, mendahului anak lain. Kalau bisa lompati saja 1-2 tahap, biar lebih cepat lagi.
 
Dalam perkembangan berjalan juga begitu. Sebagian kita merasa senang jika bayi langsung belajar berjalan tanpa merangkak dulu. Padahal, merangkak itu penting buat bayi. Peter Fysh, dokter anak, chiropractor dan anggota International Chiropractor Association yang berdomisili di Sunnyvale, California, Amerika Serikat mengatakan,

merangkak menuntut pemakaian kaki dan tangan yang berlawanan secara simultan, yaitu: menggerakkan tangan kanan dengan kaki kiri, diikuti tangan kiri dengan kaki kanan, dan seterusnya, dalam gerakan timbal-balik. Tiap gerakan seperti ini menuntut pemakaian kedua belahan otak kiri dan kanan dalam sebuah koordinasi neurologis yang kompleks.

‘Berjalan terlalu dini’ (merangkak terlalu singkat sebelum mulai berjalan) diduga berhubungan dengan masalah akademis di belakang hari. “Penelitian terhadap anak-anak yang digolongkan ‘berjalan terlalu dini’ menunjukkan bahwa mereka meraih skor lebih rendah dalam berbagai tes prasekolah,” kata Dr. Fysh.    
 
Louis Barclay Murphy dan Colleen T. Small dalam The Baby’s World menjelaskan berbagai pengalaman sensori bayi, dalam konteks budaya para bayi itu sendiri. Berdasarkan penjelasan mereka, kita bisa melihat betapa banyak ‘keuntungan langsung’ yang bisa dirasakan bayi dengan merangkak – selain meningkatnya keterampilan motorik, tentunya: 

  1. ‘Memperluas Dunia’. Bayi perlu memperluas dunia, karena mereka akan semakin terbiasa dengan apa yang mereka lihat sehari-hari dan bisa bosan. Dengan merangkak, bayi bisa menggapai, menyentuh, merasakan dan menjulurkan tubuh untuk melihat dan mendengar sesesuatu yang baru dan menarik. Dengan cara ini, bayi memelihara minat dan kesenangannya terhadap rangsangan baru – ini sangat penting untuk perkembangan mental bayi dan kelangsungan hidupnya. Bayi-bayi yang kurang mendapat ‘nutrisi’ untuk pancainderanya (karena dunianya tidak diperluas) akan lambat perkembangannya.
  2. Mengembangkan ‘Peta-peta Kognitif’. Peta-peta kognitif (cognitive maps) berkembang begitu anak menyesuaikan diri mereka dengan lingkungan sekitar. Ketika bayi mulai merangkak dari ruang yang satu ke ruang lain, mereka belajar menemukan jalan sendiri untuk mengelilingi rumah. Mereka menciptakan peta kognitif seperti burung dan tupai menemukan jalan pergi dari dan pulang ke sarang. Bayi yang  merangkak juga bisa menyelidiki lemari-lemari dapur di sepanjang jalur merangkak. Itu membuat mereka makin menguasai jalur, bahkan mampu mengubah tiap jalur menjadi tempat mengasyikkan. Semua itu akan mengembangkan kompetensi dan kemandirian bayi. 
  3. Mengembangkan kelekatan dengan lingkungan. Proses pengembangan kelekatan (attachment) bayi dengan sesuatu disebut juga kanalisasi. ‘Sesuatu’ itu bisa ibunya, selimutnya, mainannya, boks-nya, makanannya, pakaiannya, dan seterusnya. Bayi yang merangkak bisa menjalin kelekatan dengan lebih banyak ‘sesuatu’, yang mungkin tidak didapat jika tidak merangkak: kolong boks (yang ternyata nyaman untuk sembunyi!), sudut kamar, lemari, meja-kursi, ceruk di antara perabotan, ruang di balik pintu, dan apa saja yang bisa mereka temukan dalam setting rumah kita. 
  4. Menyalurkan hasrat kebebasan. Ada bayi-bayi enerjik yang kesal jika terkurung dalam kotak bermain atau kamar. Mereka bisa marah dan melakukan tindakan destruktif: melempar atau merusak mainan, menendang, memukul, dan sebagainya. Dengan merangkak, bayi-bayi enerjik tersebut mendapatkan penyalurannya. Hasrat ingin bebas terpuaskan, energi gerak yang melimpah tersalurkan (merangkak itu capek, lho!).
  5. Memperkaya kehidupan emosi. Merangkak memberi kesempatan bayi mengalami lebih banyak tantangan dari lingkungan. Semua itu harus dihadapi oleh bayi dengan segala rasa yang muncul dalam dirinya – takjub, gembira, bersemangat, sedih, cemas bahkan takut. Kesuksesan demi kesuksesan yang berhasil dicapai bayi dalam mengatasi tantangan tersebut akan membangun optimisme bayi.    
  6. Memperkaya cara-cara untuk menyamankan diri. Bayi mampu membuat dirinya nyaman dengan berbagai cara. Ada yang mengisap jari (oral), memandangi gambar-gambar di dinding (visual), menggosok-gosokkan jari kaki ke mainan (taktil). Dengan merangkak, bayi bisa memperkaya cara menyamankan diri. Misalnya, merangkak ke kolong meja dan berbaring menikmati ketersembunyian dirinya dari orang lain (visual). 
     
  7. Memperkaya cara bayi untuk ‘mempengaruhi dunia’. Sebelum bisa merangkak, bayi mungkin hanya bisa ‘mengulurkan tangan dan menatap penuh harap’ untuk menyuruh kita menghampiri dan menggendongnya. Dengan merangkak, bayi bisa menghampiri kita dan lebih ‘memaksa’ kita menggendongnya segera.
     
  8. Memperkaya kosakata bayi. Sebelum merangkak, bayi hanya menunggu seseorang menghampiri, menyodorkan sesuatu dan berkata “Ini boneka beruang…”, lalu belajar menghubungkan antara sesuatu yang nyata (benda empuk berbulu lembut, berwarna cokelat) dan gagasan tentang benda tersebut (boneka Beruang). Dengan merangkak, bayi mendapat kesempatan jauh lebih luas untuk menemukan lebih banyak objek dan mengaitkannya dengan bahasa. Ketika merangkak mencapai kaki tangga, misalnya, kita berseru “Jangan ke tangga!”. Bayi belajar menghubungkan bahwa yang ada di dekatnya adalah ‘tangga’ dan dia ‘dilarang’ mendekati benda tersebut. 

Hm, kalau sebanyak ini keuntungannya, siapa lagi yang berani mengatakan merangkak tidak penting? PG

==========================================================================

Serba-serbi Merangkak
Menurut Encyclopaedia of Children’s Health:

  • Kebanyakan bayi belajar merangkak antara usia 6-10 bulan.
  • idak semua bayi merangkak. Ada 5% bayi melompati periode merangkak dan langsung berpegangan, berdiri dan berjalan.

Powered by ScribeFire.




    Leave a comment